Jumat, 02 Desember 2016

Rasisme Dosa Pertama Iblis Laknatulloh

Rasisme, Dosa Pertama Iblis Laknatullah

Khutbah I

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ، ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ، ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الكَرِيْم. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمـَّدٍ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَأَفْضلِ اْلأَنْبِيَاءِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبه أَجْمَعِيْنَ أَمَّا بَعْدُ، فَيَاأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

Jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,

Kita sering mendengar bahwa Iblis musuh abadi manusia. Iblis adalah makhluk terlaknat sekaligus simbol dari segala keburukan. Sejak awal diciptakannya manusia, yakni Nabi Adam, Iblis sudah menunjukkan permusuhannya. Kebenciannya kepada manusia sangat dalam, hingga ia rela memilih dikeluarkan dari surga dan menjadi makhluk terkutuk sepanjang masa, daripada harus hormat kepada manusia. Iblis pun bersumpah akan menjerumuskan manusia agar mengikuti jejaknya. Yang menjadi pertanyaan, penyakit apa yang bersarang dalam diri Iblis hingga nekad berbuat demikian?

Jawabannya tertuang jelas dalam Surat al-A’raf.

وَلَقَدْ خَلَقْنَاكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَاكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ لَمْ يَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menciptakan kamu (Adam) lalu Kami beri kamu bentuk, kemudian Kami katakan kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Mereka pun bersujud, kecuali iblis; ia menolak bersama mereka yang bersujud. (QS [7]: 11)

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ. قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

“Allah berfirman, ‘Apakah yang menghalangimu bersujud (kepada Adam) ketika Kuperintahkan kepadaMu?’ Iblis menjawab, ‘Kami lebih baik daripada dia: Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Kauciptakan dari tanah’.” (QS [7]: 12)

Bersujud yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sujud penghormatan, bukan sujud penyembahan. Meski sebatas sujud penghormatan, Iblis tetap berani membangkang terhadap perintah Tuhan. Iblis tentu percaya akan keberadaan atau kekuasaan Allah, tapi kesombongannya atas Nabi Adam membuatnya mengeluarkan sikap lancang itu. Iblis yang tercipta dari api merasa lebih unggul daripada Nabi Adam yang terbuat dari tanah.

Demikianlah keangkuhan makhluk bernama Iblis. Ternyata Iblis hanya mampu mempertimbangkan “kepada siapa dia harus bersujud” bukan “siapa yang memerintahkan dia untuk bersujud”. Yang mengejutkan tentu saja adalah alasan yang dia pakai, yakni mengandaikan adanya kelas atau derajat yang berbeda lantaran material penciptaan berbeda. Alasan primordialitas ini mirip dengan ketika kita mengatakan bahwa bangsa Eropa lebih beradab ketimbang bangsa non-Eropa atau sebaliknya, etnis Tionghoa lebih istimewa daripada suku Jawa atau sebaliknya, orang Arab lebih baik daripada orang Indonesia atau sebaliknya, dan seterusnya. Inilah rasisme, di mana kualitas dan keunggulan pribadi dinilai dari sudut pandang ras, suku, garis keturunan, warna kulit, atau ciri-ciri fisik lainnya.

Dengan demikian, rasisme yang masih berkembang di zaman modern ini sejatinya memiliki akar sejarah yang sangat lama, yaitu sejak manusia pertama kali diciptakan. Dengan bahasa lain, kejahatan makhluk yang paling purba adalah kesombongan yang lahir dari cara pandang rasis, yang dilakukan Iblis kepada Nabi Adam. Iblis memandang “ras api” lebih baik ketimbang “ras tanah”. Padahal, keunggulan makhluk satu sama lain di mata Allah ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Artinya, keistimewaan tersebut diraih lewat serangkaian ikhtiar dan prestasi, bukan diperoleh secara natural, seperti ras, darah, gen, suku, dan lainnya. Pandangan yang lebih adil ini pula yang semestinya diterapkan dalam hubungan sesama manusia.

Al-Qur’an berpesan:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS al-Hujarat: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَلَا إِنَّ رَبكُمْ وَاحِدٌ، وَإِنَّ أَباكُمْ وَاحِدٌ، أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ، وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبيٍّ، وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ، وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ، إِلَّا بالتَّقْوَى.

“Wahai manusia, ingatlah bahwa Tuhan kalian satu, dan bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keunggulan bagi orang Arab atas orang ‘ajam (non-Arab), tidak pula orang ‘ajam atas orang Arab, tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan. (HR Ahmad)

Jamaah shalat Jum’at rahimakumullah,

Melalui ayat dan hadits tersebut, kita semua diingatkan untuk tidak membeda-bedakan keutamaan sesama manusia dari segi asal usul primordial. Seperti yang Iblis alami, rasisme menjerumuskan seseorang pada keangkuhan. Rasisme sukar diterima akal sehat karena mengandaikan kebaikan seseorang secara terberi begitu saja (take for granted). Rasulullah mengalihkan kecenderungan tidak adil ini kepada ketakwaan yang hanya bisa diraih lewat belajar, ikhtiar, komitmen, dan kerja keras. Artinya, menilai seseorang selayaknya berdasarkan prestasi-prestasi mereka secara objektif, bukan tampang, asal daerah, etnis, atau ras.

Rasisme dan kesombongan Iblis termasuk dosa yang cukup berat. Hal itu digambarkan Allah dengan pengusiran Iblis dari surga diikuti dengan vonis sebagai bagian dari golongan makhluk yang hina. Kendati demikian, permintaan Iblis untuk hidup lebih lama hingga hari kebangkitan dipenuhi Allah (QS [7]: 13-15), dan inilah kesempatan ia menjerumuskan manusia untuk mengikuti jejaknya sebagai makhluk yang ingkar, sombong, juga rasis.

Dari kisah Iblis tersebut kita diingatkan tentang tauhid sejati bahwa Allahlah satu-satunya pencipta seluruh makhluk di alam semesta ini (rabbul ‘âlamîn). Berangkat dari poin ini, kesadaran kita dibuka bahwa seluruh manusia sesunggunya adalah saudara dan setara. Yang membedakan mereka adalah kualitas ketakwaan mereka di hadapan Allah subhânahu wata‘âlâ.

Semoga kita semua terlindung dari tipu daya Iblis yang menjerumuskan manusia ke arah jalan yang sesat. Amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ.  إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ


Khutbah II


اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Alif Budi Luhur

Sumber : nu.or.id

Hormat kepada Kiai Lewat Wasilah Ayam

 http://www.nu.or.id/o-images/imageContent.php?cl=nu_or_id&assets=pictures&cnt=post&type=big&files=147483927457e842eae1ebe.jpg
Pada suatu malam, Rahmat, si santri yang rajin dan patuh sedang membaca kitab Ta’lim Mutaallim. Ia mendapati penjelasan bahwa seorang murid harus menghormati dan ta’dzim pada kiai, keluarga bahkan binatang dan properti kiainya.

Rahmat berpikir, mungkin sikap hormat ini juga akan mendatangkan apa yang disebut berkah. Dia juga teringat beberapa cerita seorang santri yang mempunyai ilmu laduni karena saking hormat kepada kiainya termasuk binatang miliknya.

Pada pagi harinya, saat menyapu halaman masjid, tiba-tiba Rahmat melihat seekor ayam jantan milik kiainya lewat di hadapannya.

Karena ingat penjelasan kitab yang semalam ia baca, Rahmat pun minggir teratur, menunduk serta memberi hormat pada binatang itu.

Beberapa teman santri hanya mlongo saja melihat kelakukan Rahmat yang begitu ta’dzim kepada ayam lewat, persis seperti ketika sang kiai melintas di hadapan para santri.

“Mat, ente sedang ngapain,” tanya salah satu santri bernama Ucup. 

“Ini ayam milik kiai,” jawab Rahmat.

Seketika itu juga mereka serentak mengikuti gaya si Rahmat dengan hormat pada ayam kesayangan kiainya itu. (Fathoni)
Sumber: nu.or.id

Sabtu, 26 November 2016

Tiga Tokoh yang Dihormati Gus Dur

Tiga Tokoh yang Dihormati Gus Dur
KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pernah menyebut nama-nama tokoh di Indonesia yang ia kagumi, saat menghadiri acara "Tribute to Prof. Dr. M. Quraish Shihab" di Kampus UIN Jakarta, yaitu pada November 2009 silam.

Dalam acara pelepasan Quraish Shihab sebagai Guru Besar Fakultas Ushuludin itu hadir Presiden ke-3 RI BJ Habibie, Din Samsyuddin (saat itu Ketua PP Muhammadiyah), kolega dan kerabat Quraish Shihab, serta ribuan civitas akademika UIN Jakarta.

“Ada tiga orang yang sangat saya hormati di Indonesia," papar Gus Dur.

"Pertama, Pak Quraish Shihab.”

Seluruh hadirin serius menyimak.

“Yang kedua, almarhum Nurcholis Madjid.”

Gus Dur melanjutkan, “Yang ketiga…”

Suasana auditorium utama kian hening. Seluruh hadirin pasang telinga lebar-lebar. Siap menerima informasi baru.

“Yang ketiga… Saya enggak mau kasih tahu.”

“Gerrrrr…” Keheningan pun pecah. Gus Dur ternyata memberi kejutan terakhir dengan informasi kosong.

(Khoiron)

Sumber : nu.or.id

Jumat, 25 November 2016

Himbauan Ketua PC. GP. Ansor Bandung Barat Mengenai Tanggap Bencana

Image result for himbauan tanggap bencana ansor

Cipatat, -Ketua PC. Ansor Bandung Barat Cecep Nedi Sugilar  mengistruksikan anggotanya untuk selalu siaga dan tanggap bencana. Semua anggota terutama pasukan Banser Tanggap Bencana (Bagana) bersiaga penuh dengan mendirikan posko di lokasi bencana.

Seperti, kita ketahui bahwa diwilayah Kabupaten Bandung Barat dari 16 kecamatan setidaknya ada lebih dari 6 kecamatan yang rawan bencana. lebih lanjut, sepanjang bulan November 2016, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencatat 19 kejadian bencana alam longsor dan pergerakan tanah. Dari total kejadian, 4 orang korban jiwa, 3 orang luka parah dan ratusan jiwa diungsikan tak terhitung kerugian materi akibat bencana yang bertubi-tubi terjadi ini.

"Hampir semua kecamatan diantaranya Kecamatan Lembang, Padalarang, Cililin, Cipatat dan Cisarua. ‪Terbaru, kata dia, longsor tebing setinggi 50 meter mengancam warga Kampung Tonjong Desa Nyalindung Kecamatan Cipatat. Sedikitnya, 70 warga telah mengungsi dan 101 warga lainnya terancam bahaya longsor susulan." Kata Cecep Nedi Sugilar, Rabu (23/11/2016)

Adapun yang paling terbaru yaitu bencana longsor di Kampung Cikatomas, RT 05 RW 10, Kecamatan Cipatat, yang terjadi sejak 18 November 2016 sebanyak 30 rumah rusak berat dan tiga lain rusak ringan dan sampai saat ini masih terus berlanjut.

Himbauan tanggap bencana ini, dilakukan atas dasar himbauan dari PW. Ansor Jabar pada beberapa waktu lalu, dan juga selaku PC Ansor KBB yang daerahnya tertimpa musibah tentunya ini adalah sebuah keharusan.

"Kami juga akan melakukan rapat koordinasi tanggap bencana, dalam menghadapi bencana, ” ujarnya.
  


Kenaikan UMK: Buruh Senang, Guru Honorer Tinggal Tulang

 
 Image result for buruh dan guru honorer

Pemkab Purwakarta akhirnya menetapkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) 2017 sebesar Rp 3 juta lebih. Ada kenaikan 8,5 persen dari tahun sebelumnya, yang hanya Rp 2,9 juta. Kenaikan UMK ini, merupakan jalan terbaik dan hasil kesepakatan bersama antara perusahaan dan buruh.
Menurut Alaikasalam, anggota komisi IV DPRD Kab. Purwakarta, kenaikan ini sesuai PP 78 bahwa kenaikan itu dilihat pertumbuhan ekonomi dan nilai inflasi. "Untuk tahun ini kenaikan UMK itu sekitar 8.5 persen. Yang berarti dari UMK yang tadinya dikisaran sekita Rp. 2.900.000 lebih menjadi Rp. 3.169.000. Paparnya Alaikassalam saat di hubungi lewat ponsel,Kamis (24/11)

Lanjutnya, kenaikan besaran UMK tersebut masih mengacu pada PP 78 Tahun 2015 Tentang Pengupahan.
"Saya kira sudah memenuhi aturan PP 78. Dan itu harus diikuti oleh perusahaan-perusahaan dalam menggaji karyawannya harus sesuai UMK 2017.

Kemudian, bagaimana dengan nasib para guru honorer yang masih kurang perhatian dari pemerintah. Misalkan salah seorang Guru honorer Sumiati (29), mengungkapkan bahwa sejak tahun 2008 menerima gajihnya hanya Rp. 200 ribu per bulan, namun, ia tetap berharap agar pemerintah setempat memperhatikan nasib para guru honorer yang mengajar di khususnya di Kab. Purwakarta, termasuk soal kesejahteraan para guru untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. "Tiap bulan saya menerima gajih hanya 200 ribu, uang segitu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari," ujur ibu dua anak ini. (anas)

Sumber : pwansorjabar.org

Menjunjung Tinggi Kemerdekaan, Membangun Jiwa Kepahlawanan

Menjunjung Tinggi Kemerdekaan, Membangun Jiwa Kepahlawanan 
Khutbah I

الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ الحُرِّيَّةَ وَالاسْتِقْلَالَ حَقًّا لِبَنِي الإِنْسَانِ، وَأَمَلاً مَقْبُوْلاً لَامَرَدَّ لَهُ لِأَبْنَاءِ الأَوْطَان
والصّلاَةُ وَ السَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنا مُحَمَّدٍ الَّذِي حَرَّرَ البَشَرِيَّة من ظُلَمِاتِ الاسْتعْمَار وحَوَالِكِ العبودية لِغَيْرِ الملك الدّيَان. . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِىْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada kita semua, sehingga kita dapat beribadah mengabdi kepada-Nya setiap waktu demi menggapai ridha-Nya.

Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus menerus berusaha meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT; takwa dalam arti yang sebenar-benarnya. Semoga Allah SWT menempatkan kita semua pada derajat yang Dia ridhai di dunia dan di akhirat. Amin ya rabbal 'alamin.

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh

Sayyidina Umar bin Khathab mengatakan:

مَتَى اسْتَعْبَدْتُم النَّاسَ وَقَدْ وَلَدَتْهُمْ أُمَّهَاتُهُم أَحْرَارًا

Artinya: “Sejak kapan kalian memperbudak manusia, sedang ibu-ibu mereka melahirkan mereka sebagai orang-orang yang merdeka.”
Syech Musthofa Al-Ghalayini dalam karyanya Idhatun Nasyi’in juga menyampaikan:

أَنَّ لِلأُمَمِ أَجَالًا وَأَجَلُ كُلِّ أمَّةٍ يَوْمَ تَفْقَدُ حُرِّيَّتُهَا

Artinya: “Setiap bangsa memilika ajal yang menjadi akhir (kematiannya), dan ajal setiap bangsa itu adalah ketika mereka kehilangan kemerdekaannya.”

Hadirin jamaah shalat Jum’at rahimakumullâh

Saat ini kita berada di bulan yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, yakni bulan Agustus. Disebutkan dalam pembukaan UUD 1945, atas berkat rahmat Allah rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemerdekaan kita bukanlah hadiah dari Belanda dan Jepang, tapi kemerdekaan ini ditebus oleh seluruh rakyat Indonesia dengan cucuran darah, keringat, dan air mata.

Seluruh bangsa bersatu untuk menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, tidak pernah terpikirkan apakah istrinya akan menjadi janda, anaknya menjadi yatim. Yang terpikir di benak para pahlawan hanyalah merdeka.

Mari sejenak kita mengenang pahlawan bangsa ini, di seluruh penjuru Nusantara baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal.

Saya teringat sebuah pernyataan yang pernah disampaikan oleh mantan Mendikbud DR. Anies Basweidan bahwa pahlawan adalah orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri, tak pernah terbersit dalam dirinya keuntungan apa yang akan mereka dapatkan, yang ada hanya semangat berkorban untuk yang lain, berjuang untuk bersama.

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullâh,

Mari kita mengingat kembali, kisah perang Ahzab atau perang Khandaq, perang yang terjadi pada masa Rasulullah SAW. Satu tahun setelah kemenangan yang diperoleh oleh kafir Quraisy dalam perang Uhud, mereka dan sekutu-sekutunya merencakan peperangan ke Madinah sehingga pecahlah kedua perang tersebut. Perang demi membela diri dan mempertahankan keyakinan Tauhid dari gangguan kaum musyrikin.

Pada kasus perang Khandaq, umat Islam didera sejumlah kesulitan karena jumlah pasukan relatif sedikit. Karena kalah jumlah, Rasulullah SAW atas usul sahabat Salman Al-Farisi (Persia) membuat pertahanan berupa parit (Khandaq).

Saat membuat parit, Rasulullah SAW ikut terjun langsung. Setelah berhari-hari membuat parit itulah, pasokan makanan di Madinah terus menipis, sehingga terjadi kelaparan. Untuk menghilangkan rasa lapar, sahabat-sahabat Rasulullah SAW mengganjal perut dengan batu. Demi sebuah kemerdekaan mereka rela menahan lapar.

Suatu saat ada seorang sahabat yang karena sudah tidak kuat dengan rasa lapar menghadap Rasulullah, “Ya Rasulullah, kami sudah mengganjal perut kami dengan satu batu, tapi kami tetap tidak kuat menahannya.”

Rasulullah SAW tersenyum seraya memperlihatkan ikatan di perut Rasulullah SAW, ternyata sudah ada 2 batu terikat di perut beliau. Sehingga saat para sahabat merasa lapar, Rasulullah SAW lebih lapar dari semuanya. Inilah jiwa pemimpin Rasulullah SAW, yang seolah saat ini sudah mulai jarang kita temukan dalam diri kita.

Secara umum, yang dialami Rasulullah beserta sahabatnya itu merupakan contoh kecil tentang betapa mahalnya sebuah kemerdekaan: kemerdekaan untuk berkeyakinan, kemerdekaan untuk terpenuhinya kebutuhan dasar, dan kemerdekaan hidup tenang dan damai. Untuk meraih itu semua, mereka rela mengorbankan segalanya, mulai dari tenaga, pikiran, fisik, hingga nyawa mereka. Demikian pula yang dilakukan para pahlawan bangsa Indonesia.

Dalam sekala kecil, mungkin masih bisa kita miliki jiwa pengorbanan dalam diri kita. Sebagaimana orang tua berkorban untuk anak-anaknya. Lantas, apakah kita masih rela dan mau berkorban untuk orang lain, orang-orang di sekitar kita? Saya mengajak diri saya pribadi khususnya dan jamaah Jum’at pada umumnya, mari kita hidupkan kembali jiwa kepahlawanan kita, keluarga kita, sahabat kita, dan masyarakat kita.

Bangsa kita saat ini sedang dilanda krisis kepemimpinan, krisis kepercayaan. Semua seolah diukur dengan kepentingan jangka pendek, sehingga politiklah yang menjadi panglima, keuntungan yang menjadi tujuan. Kita yang terlalu picik dengan keadaan ataukah memang begitu adanya. Jika ada pemimpin di sekitar kita yang ingin memberikan contoh yang baik, kita sering berkata bahwa itu adalah pencintraan dan lain sebagainya. Apakah karena jiwa kepahlawanan dalam diri masyarakat kita sudah demikian terkikisnya ataukah kepentingan sesaat kita menghilangkan semua penilaian positif kita.

Ataukah jangan-jangan—dan ini yang paling kita takutkan—dikarenakan sedikit sekali orang yang baik, sehingga kalau ada orang baik dianggap sebagai pencitraan dan sejenisnya.

Hadirin jamaah shalat Jum'at rahimakumullâh

Membangunkan jiwa kepahlawanan dan kepedulian serta pengorbanan kepada diri sendiri mungkin tidak sulit, tapi membangunkan jiwa kepahlawanan dan kepedulian serta pengorbanan kepada keluarga dan masyarakat bisa luar biasa sulitnya.

Marilah sejenak kita kembali belajar sejarah tentang asbabun nuzul QS Al Ahzab: 28-30

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ إِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا فَتَعَالَيْنَ أُمَتِّعْكُنَّ وَأُسَرِّحْكُنَّ سَرَاحًا جَمِيلًا (28) وَإِن كُنتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الْآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (29)

Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, “Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki keridhoan Allah dan Rosulnya serta (kesenangan) dinegeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar.”

Dalam Tafsir Ibnu ‘Ashur dijelaskan tentang latar belakang turunnya ayat tersebut. Saat Bani Quraidlah berhasil ditaklukan, kaum Muslimin mendapatkan harta ghanimah yang sangat banyak setelah sebelumnya Bani Nadhir, dengan hasil fai’ yang sangat banyak.

Istri-istri Rasulullah menganggap beliau berada dalam keadaan kelonggaran harta, maka kemudian istri-istri Nabi meminta nafkah lebih kepada Rasulullah SAW.

Dan kemudian turunlah ayat tersebut yang menyindir istri-istri Nabi, apakah memilih kehidupan dunia atau kehidupan akhirat.

Belajar dari sejarah tersebut, seringkali kita bisa membangkitkan jiwa pengorbanan dan kepahlawanan dalam diri kita, akan tetapi belum tentu demikian dengan orang-orang dekat kita. Oleh karena itu, marilah kita isi kemerdekaan kita dengan membangkitkan gelora jiwa kepahlawanan, pengorbanan dan kepedulian untuk kebaikan bersama. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kepada negeri kita tercinta ini keberkahan kebaikan dengan momentum kemerdekaan 17 Agustus 1945.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، أقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ،


Khutbah II


 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهّ أَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Muh. Afifuddin, LP Ma’arif NU Kabupaten Sleman

Sumber : nu.or.id