Kamis, 14 Desember 2017

KONFERCAB III PC GP ANSOR BANDUNG BARAT

Padalarang. Pelaksanaan Konfercab III PC GP Ansor Kabupaten Bandung Barat telah selesai dilaksanakan dan melahirkan kepengurusan baru masa khidmah 2017 – 2021, CECCEP NEDI SUGILAR terpilih kembali secara Aklamasi yang didukung oleh 16 PAC dan 165 Ranting untuk melanjutkan kepemimpnan Ansor di Bandung Barat Bukan perkara yang mudah dalam penyelenggaraan Konfercab III PC GP Ansor Kabupaten Bandung Barat. Hal ini terjadi karena pelaksanaan konfercab ini masih dibayang – bayangi deadlock nya pelaksanaan Konfercab NU Bandung Barat. Tapi dengan perencanaan yang matang dan kebersamaan seluruh kader Ansor di Bandung Barat, pelaksanaan Konfercab berlangsung dengan aman, tertib dan lancar dan menghasilkan suatu keputusan terbaik bagi organisasi. Dengan Tema yang di usung dari konfercab III ini adalah. “ Wahana Silaturahmi kader Menuju Ansor maju Satu Barisan” Hal ini terlihat dengan berbondong bondongnya kader GP Ansor dan bansernya yang datang di tempat acara. Meskipun pembukaaan Konfercab di mulai jam 12.30 siang. Tetapi peserta dan tamu undangan telah datang sejak pukul 09 pagi menyaksikan kreasi seni yang ditampilkan para PAC GP Ansor Se-Kabupaten Bandung Barat. Dan semakin semarak ketika penampilan tari saman yang diperagakan siswi-siswi SMA dari Pesantren Al Bidayah ikut serta menyemarakan Hajat 4 tahun sekali ini. Dan ketika pelaksanaan pun para peserta dengan bulat dan utuh serta penuh kebersamaan yang bertanggung jawab menyepakati sahabat CECEP NEDI SUGILAR untuk menahkodai PC GP Ansor Kabupaten Bandung Barat masa Khidmah 2017 2021.

Minggu, 19 November 2017

DEMI LESTARIKAN KEARIPAN LOKAL KIYAI KAMPUNG, PC GP ANSOR KBB SELENGGARAKAN HALAQOH AJENGAN SARUNGAN

Padalarang, GP Ansor KBB, Sebagai salah satu wujud perhatian terhadap kelestarian kearipan lokal kiyai kampung, Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Bandung Barat meyelenggarakan kegiatan Halaqoh Ajengan Sarungan, Kamis, 16/11/2017 tempat di Aula Kantor PC Nahdlatul Ulama Kabupaten Bandung Barat. Kegiatan yang dihadiri oleh seluruh ketua Rijalul Ansor dan Ketua PAC GP Ansor se Kabupaten Bandung Barat serta perwakilan dari pondok pesantren yang ada di KBB ini mengusung tema “Merawat Tradisi Menjaga Islam Nusantara”. Tampil sebagai pembicara dalam Halaqoh Ajengan Sarungan ini adalah KH. Chepy Hibatulloh dan Ketua Rijalul Ansor Kabupaten Bandung Barat, KH. Aceng Abdul Kholiq. Dalam paparannya, KH. Chepy Hibatulloh menjelaskan bahwa Kiyai NU yang ajengan sarungan sudah saatnya tampil ke depan dalam menjaga tradisi ke-NU-an. NU dengan Islam Nusantaranya, Islam yang Rahmatallil ‘alamin sudah banyak diakui oleh negara-negara di dunia yang garis perjuangannya konsen untuk menjaga perdamaian dunia. Negara besar sekelas Saudi Arabia saja yang dulu terkenal dengan Negara Wahabi, saat ini sudah mulai menerapkan garis-garis perjuangan atau faham-faham ke-NU-an. “Sehingga sudah selayaknya kita sebagai kader muda NU berkewajiban untuk merawat tradisi NU dan menjaga Islam Nusantara agar lebih kuat berdiri di NKRI ini” imbuhnya. Menurut Ketua PC GP Ansor Kabupaten Bandung Barat, Cecep Nedi Sugilar, M.Pd, acara ini bertujuan untuk melestarikan kearipan lokal ‘kiyai kampung’ agar terus eksis di masyarakat yang saat ini sudah mulai terpinggirkan dan terlupakan. “Ini salah satu bentuk kepedulian kami kepada para orang tua kami agar perjuangan mereka tetap dikenang oleh siapa pun” tuturnya. Lebih lanjut Cecep Nedi Sugilar mengungkapkan bahwa jasa para kiyai atau ajengan kampung tidak bisa dipandang sebelah mata, apalagi dilupakan. “Dulu titik perjuangan untuk mendirikan negeri ini sebenarnya berasal dari pondok-pondok pesantren yang sedikit kumuh terbuat dari bambu yang sudah reyot dimakan usia. Akan tetapi semangat perjuangan para santri sarungan yang dikomandani oleh para ‘ajengan kampung’ mampu menggelorakan semangat mereka. Kita masih ingat akan peristiwa 10 November, di mana para santri dan ajengan kampung dengan bersarung menenteng senjata maju ke medan perang melawan tentara Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia” ungkapnya. (AAR)

Senin, 03 Juli 2017

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DASAR (PKD)




Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama Kab. Bandung Barat

ﺃﻗِﻴﻤُﻮﺍ ﺍﻟﺪِّﻳﻦَ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺘَﻔَﺮَّﻗُﻮﺍ ﻓِﻴﻪِ..
”….Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya…”( Q.S.Al-Syuura: 13)
ﺍَﻟْﺤَﻖُّ ﺑِﻼَ ﻧِﻈَﺎﻡٍ ﻳَﻐْﻠِﺒُﻪُ ﺍْﻟﺒَﺎﻃِﻞُ ﺑِﺎﻟﻨِّﻈَﺎﻡِ
“Kebenaran yang tidak terorganisir dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir.” (Sayyidina Ali bin Abi Thalib)

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sehubungan dengan adanya program berkala yakni rekruitment kader muda Nahdlatul Ulama di Bandung Barat, maka kami Gerakan Pemuda Ansor NU Bandung Barat akan menyelenggarakan Pelatihan Kepeminpinan Dasar (PKD) sebagai pintu awal keanggotaan Ansor di Bandung Barat.
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan sebagai berikut:
        Tanggal  : 7 - 9 juli 2017
        Tempat  : Pondok Pesantren Syukrillah , Bojong Koneng Cipongkor.
- Bagi yang berminat untuk ikut bergabung, dapat menghubungi 081802116067 (SMS/WA)
- Informasi lainnya akan kami sampaikan.

Mohon disampaikan kepada kaum muda/santri/ajengan/Nahdliyyin serta muslimin di Bandung Barat
Hatur nuhun.

والله الموافق الى أقوم الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Minggu, 04 Juni 2017

Sikap Tegas PC GP. Ansor Bandung Barat dalam acara Lailatul Ijtima

Suasana Sahur Bersama PC. GP Ansor Bandung Barat

Cipatat, 3/6/2017. Pada bulan ramadhan kali ini PC GP Ansor Bandung Barat mengadakan acara Lailatul Ijtima, Penyusunan Program Ramadhan, Sahur bersama dan sekaligus Nonton Bareng "Nobar" Final Liga Champion Eropa, dalam acara tersebut hadir semua PAC Banser dan pengurus lainnya.
Walaupun suasana cukup dingin karena daerah cipatat dan sekitarnya diguyur hujan dari mulai sore hari, tetapi kegigihan para sahabat patut diacungi jempol walaupun acara mundur beberapa jam dari waktu pelaksanaan sekitar beberapa jam.

Cecep Nedi Sugilar selaku Ketua PC GP Ansor Bandung Barat mengatakan acara kali ini sebetulnya sebagai salah satu kegiatan untuk mengisi bulan ramadhan 1438 H, sekaligus mempererat silaturahmi diantara para sahabat, sehingga kita akan semakin lebih berharga dan bermakna.
Selain kegiatan diatas juga dibahas berbagai agenda yang salah satunya yang sedang PANAS dan terjadi di Bandung Barat yaitu tentang SUHU POLITIK yang seakan-akan PC GP. Ansor Bandung Barat ini menjadi sebuah OBJEK dan mendukung salah satu bakal calon kepala daerah.

Padahal, dalam sikapnya tampak sekali cita-cita khittah NU diformulasikan tahun 1926 itu begitu luhur. Juga tampak menegaskan posisinya sebagai gerakan sosial keagamaan yang tujuannya untuk mengurus masalah masalah umat. Hanya saja, dalam praktik politik praktis selalu menjadi dinamika yang mempengaruhi eksistensi jamiyyah. Untuk itu, PC. GP. Ansor Bandung Barat sebagai banom NU memandang perlu dan seharusnya mengikuti jejak khittah NU dan hasil dari Lailatul Ijtima PC GP. Ansor Bandung Barat yang dihadiri jajaran pengurus dan para ketua PAC Ansor Sebandung Barat dengan tegas  menyatakan sikap NETRAL dan tidak mendukung calon ataupun bakal calon kepala daerah dari partai manapun.

Selasa, 30 Mei 2017

JADWAL IMSYAKIAH 1438 H


Lafal Niat Puasa: Ramadlana atau Ramadlani?


Sebagaimana ibadah-ibadah lain, niat menjadi rukun yang mesti dilakukan dalam puasa Ramadhan. Niat adalah iktikad tanpa ragu untuk melaksanakan sebuah perbuatan. Kata kuncinya adalah adanya maksud secara sengaja bahwa setelah terbit fajar ia akan menunaikan puasa. Imam Syafi’I sendiri berpendapat bahwa makan sahur tidak dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat, kecuali apabila terbersit (khathara) dalam hatinya maksud untuk berpuasa. (al-Fiqh al-Islami, III, 1670-1678).

Meski niat adalah urusan hati, melafalkannya (talaffudh) akan membantu seseorang untuk menegaskan niat tersebut. Talaffudh berguna dalam memantapkan iktikad karena niat terekspresi dalam wujud yang konkret, yaitu bacaan atau lafal.

Tentang hal ini, sering kita jumpai beragam versi bacaan niat puasa. Perbedaan terutama ada pada bagian harakat kata رمضان; apakah ia dibaca ramadlâna atau ramadlâni. Sebagian masyarakat membaca lafal niat di malam hari seperti ini:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Menurut kaidah ilmu nahwu, redaksi tersebut keliru. Jika memaksa memilih membaca ramadlâna (dengan harakat fathah), maka pilihan yang paling mungkin kalimat selanjutnya adalah hâdzihis sanata (sebagai dharaf zaman/keterangan waktu), bukan hâdzhis sanati. Ramadlâna dibaca fathah sebagai ‘alamat jar karena termasuk isim ghairu munsharif yang ditandai dengan tambahan alif dan nun sebagai illatnya. Artinya, boleh membaca ramadlâna dengan syarat kalimat selanjutnya hâdzhis sanata. Namun, yang seperti ini jarang diungkapkan dalam kitab-kitab fiqih.

Yang paling lazim adalah membacanya dengan harakat kasrah, ramadlâni, yakni dengan meng-idhafah-kan (menggabungkan) dengan kata sesudahnya. Konsekuensinya, ia tidak lagi ghairu munsharif sehingga berlaku hukum sebagai isim mu’rab pada umumnya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Al-‘Allâmah Abû ‘Abdillâh Muhammad Jamâluddîn ibn Mâlik at-Thâî alias Ibnu Malik dalam nadham Alfiyah:

وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ ¤  مَا لَمْ يُضَفْ اَوْ يَكُ بَعْدَ اَلْ رَدِفْ

“Tandailah jar isim ghairu munsharif dengan fathah, selagi tak di-idhafah-kan (digabung dengan kata setelahnya) atau tidak menempel setelah ‘al’.”

Jika ramadlâni diposisikan sebagai mudhaf (di samping sekaligus jadi mudhaf ilaih-nya "syahri") maka hadzihis sanati mesti berposisi sebagai mudhaf ilaih dan harus dibaca kasrah. Pembacaan dengan model mudhaf-mudhaf ilaih inilah yang paling dianjurkan. Sehingga bacaan yang tepat dan sempurna adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”

Yang perlu diingat, kekeliruan dalam melafalkan niat tak berpengaruh pada keabsahan puasa, selama terbesit dalam hati untuk berpuasa. Seperti dikatakan, niat berhubungan dengan getaran batin. Sehingga ucapan lisan hanya bersifat sekunder belaka. Tapi kekeliruan akan menimbulkan rasa janggal, terutama di mata para ahli gramatika Arab. Wallahu a'lam. (Mahbib Khoiron)

source: nu.or.id