Selasa, 30 Mei 2017
Lafal Niat Puasa: Ramadlana atau Ramadlani?
Sebagaimana ibadah-ibadah lain, niat menjadi rukun yang mesti dilakukan dalam puasa Ramadhan. Niat adalah iktikad tanpa ragu untuk melaksanakan sebuah perbuatan. Kata kuncinya adalah adanya maksud secara sengaja bahwa setelah terbit fajar ia akan menunaikan puasa. Imam Syafi’I sendiri berpendapat bahwa makan sahur tidak dengan sendirinya dapat menggantikan kedudukan niat, kecuali apabila terbersit (khathara) dalam hatinya maksud untuk berpuasa. (al-Fiqh al-Islami, III, 1670-1678).
Meski niat adalah urusan hati, melafalkannya (talaffudh) akan membantu seseorang untuk menegaskan niat tersebut. Talaffudh berguna dalam memantapkan iktikad karena niat terekspresi dalam wujud yang konkret, yaitu bacaan atau lafal.
Tentang hal ini, sering kita jumpai beragam versi bacaan niat puasa. Perbedaan terutama ada pada bagian harakat kata رمضان; apakah ia dibaca ramadlâna atau ramadlâni. Sebagian masyarakat membaca lafal niat di malam hari seperti ini:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Menurut kaidah ilmu nahwu, redaksi tersebut keliru. Jika memaksa memilih membaca ramadlâna (dengan harakat fathah), maka pilihan yang paling mungkin kalimat selanjutnya adalah hâdzihis sanata (sebagai dharaf zaman/keterangan waktu), bukan hâdzhis sanati. Ramadlâna dibaca fathah sebagai ‘alamat jar karena termasuk isim ghairu munsharif yang ditandai dengan tambahan alif dan nun sebagai illatnya. Artinya, boleh membaca ramadlâna dengan syarat kalimat selanjutnya hâdzhis sanata. Namun, yang seperti ini jarang diungkapkan dalam kitab-kitab fiqih.
Yang paling lazim adalah membacanya dengan harakat kasrah, ramadlâni, yakni dengan meng-idhafah-kan (menggabungkan) dengan kata sesudahnya. Konsekuensinya, ia tidak lagi ghairu munsharif sehingga berlaku hukum sebagai isim mu’rab pada umumnya. Hal ini sesuai dengan ungkapan Al-‘Allâmah Abû ‘Abdillâh Muhammad Jamâluddîn ibn Mâlik at-Thâî alias Ibnu Malik dalam nadham Alfiyah:
وَجُرَّ بِالْفَتْحَةِ مَا لاَ يَنْصَرِفْ ¤ مَا لَمْ يُضَفْ اَوْ يَكُ بَعْدَ اَلْ رَدِفْ
“Tandailah jar isim ghairu munsharif dengan fathah, selagi tak di-idhafah-kan (digabung dengan kata setelahnya) atau tidak menempel setelah ‘al’.”
Jika ramadlâni diposisikan sebagai mudhaf (di samping sekaligus jadi mudhaf ilaih-nya "syahri") maka hadzihis sanati mesti berposisi sebagai mudhaf ilaih dan harus dibaca kasrah. Pembacaan dengan model mudhaf-mudhaf ilaih inilah yang paling dianjurkan. Sehingga bacaan yang tepat dan sempurna adalah:
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
“Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala.”
Yang perlu diingat, kekeliruan dalam melafalkan niat tak berpengaruh pada keabsahan puasa, selama terbesit dalam hati untuk berpuasa. Seperti dikatakan, niat berhubungan dengan getaran batin. Sehingga ucapan lisan hanya bersifat sekunder belaka. Tapi kekeliruan akan menimbulkan rasa janggal, terutama di mata para ahli gramatika Arab. Wallahu a'lam. (Mahbib Khoiron)
source: nu.or.id
Ini Doa Nabi Muhammad Saat Ramadhan Tiba
Ramadahan
merupakan bulan paling mulia dan dianjurkan memperbanyak amal baik. Umat
Islam, baik laki-laki ataupun perempuan, diwajibkan puasa di siang
harinya dan dianjurkan memperbanyak ibadah sunnah di malam harinya. Oleh
sebab itu, pada malam Ramadhan, umat Islam meramaikan masjid dengan
ibadah untuk menghidupkan malam Ramadhan.
Semasa hidupnya, Rasulullah SAW sangat menunggu kedatangan Ramadhan dan mempersiapkan diri agar bisa maksimal beribadah di bulan Ramadhan. Beliau juga memunajatkan doa-doa tertentu dalam rangka menyambut Ramadhan. Atas dasar itu, Imam al-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab mensunnahkan membaca doa ketika melihat hilal atau mengetahui tanda awal Ramadhan:
يستحب أن يدعو عند رؤية الهلال بما رواه طلحة بن عبيد الله رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى الهلال قال اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله
Allâhumma ahillahu ‘alainâ bil yumni wal îmani was salâmati wal islâm. Rabbî wa rabbukallâh
Artinya, “Ya Allah jadikanlah hilal (bulan) ini bagi kami dengan membawa keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu (wahai bulan) adalah Allah.”
Doa ini dianjurkan untuk dibaca ketika melihat hilal sebagaimana dikisahkan Thalhah Ibn ‘Ubaidillah bahwa Nabi SAW saat melihat hilal membaca doa di atas.
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dan masih banyak hadis lain yang menjelaskan do’a Nabi SAW ketika masuk Ramadhan atau melihat hilal. Berdasarkan hadis tersebut, disunnahkan membaca do’a yang dilafalkan Nabi itu ketika melihat hilal Ramadhan atau setelah diumumkan bulan Ramadhan telah tiba. Dengan membaca do’a tersebut, harapannya umur kita dipanjang oleh Allah SWT, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dalam keadaan beriman dan dikarunia kesehatan. Wallahu a’lam (Hengki Ferdiansyah)
soorce: nu.or.id
Semasa hidupnya, Rasulullah SAW sangat menunggu kedatangan Ramadhan dan mempersiapkan diri agar bisa maksimal beribadah di bulan Ramadhan. Beliau juga memunajatkan doa-doa tertentu dalam rangka menyambut Ramadhan. Atas dasar itu, Imam al-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab mensunnahkan membaca doa ketika melihat hilal atau mengetahui tanda awal Ramadhan:
يستحب أن يدعو عند رؤية الهلال بما رواه طلحة بن عبيد الله رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى الهلال قال اللهم أهله علينا باليمن والإيمان والسلامة والإسلام ربي وربك الله
Allâhumma ahillahu ‘alainâ bil yumni wal îmani was salâmati wal islâm. Rabbî wa rabbukallâh
Artinya, “Ya Allah jadikanlah hilal (bulan) ini bagi kami dengan membawa keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu (wahai bulan) adalah Allah.”
Doa ini dianjurkan untuk dibaca ketika melihat hilal sebagaimana dikisahkan Thalhah Ibn ‘Ubaidillah bahwa Nabi SAW saat melihat hilal membaca doa di atas.
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dan masih banyak hadis lain yang menjelaskan do’a Nabi SAW ketika masuk Ramadhan atau melihat hilal. Berdasarkan hadis tersebut, disunnahkan membaca do’a yang dilafalkan Nabi itu ketika melihat hilal Ramadhan atau setelah diumumkan bulan Ramadhan telah tiba. Dengan membaca do’a tersebut, harapannya umur kita dipanjang oleh Allah SWT, sehingga dapat menjalankan ibadah puasa sebulan penuh dalam keadaan beriman dan dikarunia kesehatan. Wallahu a’lam (Hengki Ferdiansyah)
soorce: nu.or.id
AMALAN MEMPEROLEH KETURUNAN
Keturunan merupakan karunia Allah yang dinanti hampir semua mereka yang berumah tangga. Hanya saja karunia ini kadang segera datang, tetapi tidak jarang juga tertunda. Di sinilah kita harus mengakui keagungan Allah SWT karena Dia penentu segalanya.
Di samping melakukan ikhtiar medis, kita juga dianjurkan untuk bersabar menanti keturunan. Ada baiknya kalau penantian dan ikhtiar ini dibarengi dengan zikir berupa istighfar seperti saran Hasan Bashri RA, ulama besar di masa tabai‘in. Pasalnya, istighfar merupakan anak kunci yang dapat mengantarkan kita pada pelbagai kebaikan.
وشكا
رجل إلى الحسن البصري رضي الله عنه الجدب فقال: استغفر الله، وشكا إليه
آخر الفقر فقال: استغفر الله، وشكا إليه آخر عدم الولد فقال: استغفر الله،
وتلا عليهم جميعهم آيات الاستغفار
Artinya, “Seseorang menemui Hasan Basri RA. Ia mengadu masalah paceklik yang mendera. Hasan menganjurkan, ‘Mintalah ampun kepada Allah.’ Satu pergi, yang lain datang. Ia menceritakan kemiskinan yang tengah dialami. Hasan menyarankan, ‘Mintalah ampun kepada Allah.’ Datang lagi yang lain. Orang ini mengadu karena belum juga dikaruniai keturunan. Hasan berkata, ‘Mintalah ampun kepada Allah,’” (Lihat Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ma Dza fi Sya‘ban, cetakan pertama, tahun 1424 H, halaman 60).
Berikut ini kami kutip ayat Al-Quran yang menerangkan keutamaan amalan istighfar. Istighfar pada ayat berikut ini bisa dipahami sebagai pembuka jalan buntu dan pembebas dari kesulitan.
فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ
السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ
وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12
Artinya, “Lalu aku berkata, ‘Mintalah ampun kepada Tuhanmu–Sungguh, Dia maha pengampun–niscaya Dia akan mengirimkan hujan lebat kepadamu, menolong kamu dengan harta benda dan anak-anak, mengadakan kebun-kebun untukmu, dan menjadikan bebeapa sungai,’” (Surat Surat Nuh ayat 10-12).
Sementara pada ayat Al-Quran berikut ini, istighfar menjadi semacam pembuka pintu anugerah dan karunia Ilahi.
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى
Artinya, “Mintalah ampun kepada Tuhanmu dan tobatlah kepada-Nya, niscaya Dia memberikanmu kesenangan yang baik sampai batas tertentu,” (Surat Hud ayat 3).
Istighfar di sini bisa dipahami sebagai sebuah wasilah kepada Allah untuk hajat tertentu seperti memohon dikaruniai keturunan, ketersediaan cadangan air sebagai sumber pengairan cocok tanam, atau hajat finansial. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)
source: nu.or.id
Sabtu, 27 Mei 2017
SALAM PERUBAHAN
Cipatat, 24/05/2017. Salam perubahan menggema usai pembacaan doa dan tawassul pada acara KOPDAR yang diselenggarakan PC GP ANSOR KBB di SITUS GUHA PAWON di Cipatat pada hari Rabu 24 Mei 2017 dengan tema "Menakar Partisipasi Politik Warga Nahdliyyin Kabupaten Bandung Barat"
Selain
jajaran pengurus PC dan PAC ANSER Se-Kbb turut hadir pula beberapa pengurus partai politik seperti; Ade Wawan
(DPC PKB), Syamsul Maarif (DPC PPP), Dadan Suparlan (Fraksi Golkar),
H.Yusuf Sugiana (Sekretaris PCNU) dan Deni Ahmad Haidar (Ketua PW Ansor
Jabar).
Cecep Nedi Sugilar sebagai Ketua PC GP Ansor KBB dalam sambutannya mengatakan bahwa semangat perubahan ditubuh ansor kbb sudah tidak bisa ditawar lagi, menurutnya acara KOPDAR ini dijadikan momentum yang tepat bahwa Anssor KBB hadir ditengah-tengah masyarakat dan warga Nahdliyyin Kabupaten Bandung Barat, dan bukan hanya sekedar omong kosong belaka dalam semangat perubahan ini. bahkan Kang Sopian selaku ketua panitia acara KOPDAR bahwa dalam mengarungi perubahan ini kita tidak boleh lembek tapi harus berani dan tegas.
H.Ade Wawan mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya gelora semangat perubahan,
apalagi perubahan dalam cara pandang berpolitik para kader muda Ansor KBB.
Senada
dengan tema pada KOPDAR Ansor KBB, Syamsul maarif menyatakan bahwa hari
ini saatnya kaum muda untuk berpikir kritis dan maju untuk meneruskan
estafet kepemimpinan di Pemerintahan Bandung Barat.
Lain
halnya dengan Kang Dadan Supardan yang sangat menyayangkan kenapa
selama dua priode pemerintahan yang notabene didukung oleh Ansor, tapi Ansor KBB belum memiliki kantor sekretariat yang permanen.
Dari semua yang telah disampaikan pada acara tersebut diamini dan didukung
sepenuhnya oleh H.Yusuf Sugiana selaku Sekretaris PCNU KBB.
Dan terakhir Deni Ahmad Haidar selaku Ketua PW Ansor Jabar menegaskan bahwa dalam politik itu Ansor harus DIPERHITUNGKAN dan kalau tidak maka harus MEMBUAT PERHITUNGAN.
Langganan:
Postingan (Atom)